Penetapan
Lebaran Pemerintah Tidak Sah dan Melecehkan Syariat Islam?
JAKARTA
(voa-islam.com) – Keputusan Pemerintah menetapkan 1
Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011, dinilai tidak sah dan batal demi hukum
karena menganulir Tim Rukyat yang telah melihat hilal Senin 29 Agustus.
Pemerintah dikecam telah melecehkan syariat Islam dan melakukan kebohongan
publik terhadap hasil Tim Rukyat Cakung dan Jepara.
Hal
itu diungkapkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), menanggapi keputusan
pemerintah yang menetapkan 1 Syawal dengan menganulir hasil penglihatan hilal
oleh Tim Rukyat Cakung Jakarta Timur.
“Keputusan
sidang itsbat Kementerian Agama RI tanggal 29 Agustus 2011 batal demi Hukum,”
jelas Ustadz Irfan Suryohadi Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah MMI dalam pesan
singkatnya kepada voa-islam.com, Selasa (30/8/2011).
....Keputusan sidang itsbat
Kementerian Agama RI tanggal 29 Agustus 2011 batal demi Hukum...
Menurut
Irfan, keputusan sidang itsbat pemerintah itu tidak sah karena menolak
kesaksian Tim Ru’yat di Cakung, Jakarta Timur yang memberikan keterangan di
bawah sumpah bahwa pada hari Senin 29 Agustus 2011, mereka sudah melihat hilal.
Tim rukyat yang dimaksud Irfan adalah para ustadz dari Front Pembela Islam
(FPI), Tim Masjid Ramadhan dan Majelis Mujahidin Jakarta Timur.
Bila
Senin sudah terlihat hilal, maka seharusnya Selasa sudah masuk Syawal dan umat
Islam harus berlebaran pada hari itu. Dengan mengumumkan 1 Syawal jatuh pada 31
Agustus, padahal hilal sudah terlihat hari Senin 29 Agustus, lanjut Irfan, maka
berarti sidang itsbat Kementerian Agama telah melakukan kebohongan publik.
“Mereka
telah melakukan kebohongan publik dengan tidak mengundang saksi-saksi yang
melihat hilal,” kecam Irfan.
Ditinjau
dari pandangan Islam, jelas Irfan, sikap Kemenag dalam sidang itsbat itu
benar-benar melecehkan ajaran Rasulullah SAW yang mewajibkan mengikuti
persaksian seorang saksi dalam menentukan 1 Syawal dan awal Ramadhan.
...Mereka telah melakukan kebohongan
publik dengan tidak mengundang saksi-saksi yang melihat hilal...
“Mereka
melecehkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan walaupun hanya satu orang saja
yang berani disumpah sudah melihat hilal, maka itu sah,” jelasnya.
Sabda
Nabi Muhammad yang dimaksud Irfan adalah hadits dari Abdullah bin Umar RA yang
diriwayatkan Abu Dawud dalam kitab “Shaum” bab “Persaksian Satu Orang Dalam
Menentukan Hilal Ramadhan” sebagai berikut: "Ketika orang-orang sibuk
melihat-lihat kemunculan hilal, kukabarkan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bahwa aku telah melihat hilal. Beliau pun berpuasa dan
memerintahkan manusia untuk berpuasa."
Seperti
diberitakan voa-islam.com sebelumnya, dalam sidang itsbat 29 Agustus Pemerintah
yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus dengan menganulir hasil
penglihatan hilal yang dilakukan Tim Rukyat Cakung Jaktim dan Jepara Jateng.
Tim
Rukyat di Cakung, Jakarta Timur telah melihat hilal antara jam 17.57 sampai
18.02 WIB dengan tinggi hilal hakiki 04'03'26,06", dilihat oleh tiga orang
saksi: H Maulana Latif SPdI, Nabil Ss dan Rian Apriano. Ketiga saksi tersebut
diambil sumpahnya oleh KH Maulana Kamal Yusuf (Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta),
didampingi Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, dan
Pimpinan Pondok Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun. Pengambilan sumpah
dilakukan di Pondok Pesantren Al-Husainiah, Kampung Baru, Cakung, Jakarta
Timur.
Tim
Rukyat di Cakung itu melakukan dengan tiga metode rukyat. Masing-masing,
4,35 derajat, 3 derajat, dan 2 derajat. Ketiga saksi dengan metode
masing-masing mengaku melihat hilal.
Hasil
rukyat di Cakung itu sempat dilaporkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah Kemenag, Ahmad Jauhari, di depan Sidang Itsbat. Namun
pemerintah menganulir persaksian itu, karena menganggap hilal tidak mungkin
dirukyat karena posisinya di bawah ufuk.
Karena
berpedoman pada hasil rukyat, maka KH Maulana Kamal Yusuf yang dikenal sebagai
salah satu ulama besar Jakarta ini menyerukan kepada umat Islam
yang masih berpuasa hari Selasa 30 Agustus 2011, agar segera berbuka puasa.
Karena puasa pada 1 Syawal hukumnya haram. “Bagi yang saat ini masih berpuasa
dianjurkan untuk segera berbuka. Karena haram hukumnya berpuasa pada 1
Syawal," tegasnya.
Persaksian
lain yang juga dianulir sidang itsbat adalah Tim Rukyat di Pantai Kartini,
Kabupaten Jepara Jawa Tengah, yang memberikan kesaksian di bahwa sumpah bahwa
mereka telah melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39
selama 5 detik. Anggota tim yang melihat hilal adalah Saiful Mujab, yang
merupakan tim rukyat dari akademisi dan juga dosen Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Kudus.
Persaksian
tim yang terdiri dari Kemenag Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, perwakilan
dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Badan Hisab dan Rukyat dari Jepara, Kudus, dan
Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI Jepara, dan Muspida Jepara itu juga sudah
disampaikan ke Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Jateng.
Namun
persaksian di bawah sumpah itu tidak menghalangi pendirian Pemerintah untuk
bersikukuh menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011.
[taz]
Rabu, 31 Aug 2011
Penetapan
1 Syawal Indonesia Ditertawakan Negara-negara Islam
VOA-ISLAM.COM
– Keputusan sidang itsbat Pemerintah
RI yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011, ditertawakan
dunia karena nyeleneh dan menyelisihi keputusan negara-negara Arab yang
berlebaran hari Selasa 30 Agustus 2011.
Hal
itu diungkapkan oleh H. Djoko Susilo, Dutabesar RI untuk Switzerland dan
Liechtenstein. Tanpa bermaksud mempersoalkan hasil sidang itsbat penetepan 1
Syawal 1432 H yang dilakukan Kemenag RI, Djoko mengatakan dirinya kesulitan
menjawab pertanyaan dari para koleganya, dutabesar negara-negara anggota
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
“Sekarang
kita ditertawaakan dunia. Saya susah sekali menjawab pertanyaan teman-teman
sejawat dubes negara-negara OKI. Kita kok nyeleneh sendiri (melaksanakan Idul
Fitri pada hari Selasa),” ujar Djoko kepada RMOL, Selasa, (30/8/2011).
Berbeda
dengan Indonesia, hampir semua negara di kawasan Eropa dan Timur Tengah
menggelar shalat Idul Fitri pada hari Selasa. Umumnya mereka menggunakan metode
hisab atau perhitungan yang diperkuat dengan metode rukyat atau pengamatan
kemunculan hilal. Penggabungan kedua metode ini membuat perhitungan mengenai
awal bulan Syawal menjadi lebih akurat.
Untuk
memuaskan si penanya, Djoko mengatakan bahwa penentuan tanggal 1 Syawal itu
untuk Indonesia. Adapun masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri diminta
taat dan patuh pada keputusan Islamic Center setempat. Djoko khawatir banyak
pihak di Indonesia yang terjebak pada pendekatan kuno di masa lalu. Sementara
di Eropa, masyarakat umumnya percaya pada kemampuan teknologi. Toh, bukankah
manusia sudah sampai ke bulan?
Mantan
anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengingatkan bahwa Islam
terkait erat dengan iman, ilmu dan amal. Islam adalah agama yang mengagungkan
ilmu pengetahuan sebagai bagian dari keyakinan akan ketauhidan Tuhan Yang Maha
Kuasa.
“Jadi
kalau sekarang sudah ada teknologi tinggi mestinya soal mengintip hilal ya
pakai teknologi,” ujarnya lagi.
Di
masa depan, Djoko berharap agar pemerintah melalui Kementerian Agama bersikap
netral dalam penentuan 1 Syawal ini. Posisi pemerintah idealnya, menurut dia,
adalah sebagai fasilitator yang tak perlu ikut campur tangan, apalagi
memberikan stempel berupa keputusan.
“Sebaiknya
hal seperti ini biar diurus MUI dan ormas Islam saja tanpa dicampuri birokrat.
Ndak bagus kesannya,” pungkas Djoko.
Sebagaimana
diberitakan voa-islam.com sebelumnya, terjadi perbedaan pendapat dalam
penetapan 1 Syawal 1432 Hijriyah di tanah air, setelah Pemerintah dalam sidang
itsbatnya menganulir hasil rukyat dan memutuskan Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada
hari Rabu (31/8/2011).
Tim
rukyat Kementerian Agama (Kemenag) di Pantai Kartini Jepara dan Cakung Jakrta
Timur, dalam kesakaian di bawah sumpah, menyatakan sudah melihat hilal pada
Senin sore (29/8/2011), yang berarti Selasa sudah masuk 1 Syawal.
Hasil
pantauan Tim Rukyat itu sesuai dengan pantauan Tim Rukyat di negara-negara
Arab. Arab Saudi memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah
jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, karena pada Senin, (29/8/2011), hilal
sudah terlihat.
Setelah
Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, negara-negara yang lain
pun mengikutinya, di antaranya: Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Beberapa
negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam juga
berlebaran Selasa.
Sebagian
umat Islam di tanah air belebaran Selasa karena mengikuti hasil rukyat –baik
rukyat lokal maupun global– dan hisab. Kaum Muslimin yang berlebaran hari
Selasa ini berbarengan dengan Arab Saudi dan dunia Arab lainnya. Beberapa
kalangan yang berlebaran Selasa antara lain: Muhammadiyah, Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII), Jama'ah Anshorut Tauhid (JAT), Front Pembela Islam
(FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jum'iyat An-Najat, Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), Pesantren Gontor, dan sebagian warga Nahdlatul Ulama (NU) yang
mengakui rukyat.
Sementara
kalangan yang berlebaran Rabu 31 Agustus 2011 mengikuti keputusan pemerintah,
antara lain Nahdlatul Ulama, PERSIS, Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII), dan lain sebagainya. [ahana/rmo]
Selasa, 30 Aug 2011
Rois
Suriah PWNU Jakarta: Lebaran Hari Selasa, Haram Puasa Hari ini!
JAKARTA
(voa-islam.com) – Tak semua warga Nahdliyin mengikuti
Pemerintah dalam penetapan 1 Syawal 1432 Hijriyah. Sebagian warga NU
Jakarta menyelisihi keputusan Pemerintah yang menganulir hasil penglihatan
hilal oleh Tim Rukyat di Cakung.
Selain
warga Kediri Jawa Timur, sebagian warga Nahdliyin Jakarta juga menolak
keputusan sidang itsbat Kementerian Agama (Kemenag) yang menetapkan 1 Syawal
jatuh pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2011.
Adalah
KH Maulana Kamal Yusuf, salah satu ulama besar Jakarta yang juga menjabat
Rois Suriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta. Ulama yang
akrab disapa Kiai Kamal ini menyerukan umat Islam, khususnya warga Nahdliyin
yang masih berpuasa hari ini, Selasa 30 Agustus 2011 agar segera berbuka puasa.
Hari ini, tegasnya, sudah masuk 1 Syawal 1432 H.
Berdasarkan
pengamatan hilal oleh Tim Rukyat yang dipimpinnya, Kiai Kamal telah mengambil sumpah
3 orang saksi yang melihat hilal pada Senin sore (29/8/2011) kemarin di Pondok
Pesantren Al-Husainiah, Kampung Baru, Cakung, Jakarta Timur.
"Ketiga
saksi yang bersumpah melihat hilal tepat saat waktu Magrib. Posisinya miring ke
selatan dalam keadaan vertikal, dengan durasi hilal 5 menit," papar Kiai
Kamal, di Jakarta, Selasa (30/8).
Kiai
Kamal menjelaskan, rukyat di Cakung dilakukan dengan tiga metode rukyat.
Masing-masing, 4,35 derajat, 3 derajat, dan 2 derajat. Ketiga saksi dengan
metode masing-masing mengaku melihat hilal.
Namun,
Kiai Kamal menyesalkan petugas dari Pengadilan Agama Jakarta Timur yang berada
di lokasi saat itu, enggan mengambil sumpah ketiga saksi yang telah melihat
hilal. Bahkan, petugas tersebut meninggalkan lokasi rukyat sebelum pengambilan
sumpah.
Karena
tidak ada yang mengambil sumpah, maka Kiai Kamal diminta untuk mengambil sumpah
ketiga saksi tersebut. Didampingi Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq
Shihab, dan Pimpinan Pondok Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun.
"Ketiga
saksi bersumpah, demi Allah telah melihat hilal tepat saat waktu Magrib. Posisi
hilal miring keselatan dalam keadaan vertikal. Dengan durasi hilal 5
menit," kata Kiai Kamal.
Hasil
rukyat di Cakung itu sempat dilaporkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah Kemenag, Ahmad Jauhari, di depan Sidang Itsbat. Namun, kata
Kiai Kamal, pemerintah menganggap hilal tidak mungkin dirukyat karena posisinya
di bawah ufuk. "Tapi kita yang merukyat, melihatnya di atas ufuk,"
sergahnya.
Menurut
Kiai Kamal, telah terjadi perbedaan pendapat antara pemerintah dengan saksi
yang melihat hilal. "Pemerintah berijtihad, kita juga berijtihad. Tapi,
ijtihad pemerintah tidak bisa membatalkan ijtihad kita," tegas Kamal.
Karena
itu, tim rukyat di Cakung, mengambil keputusan bahwa hari ini, Selasa 30
Agustus 2011, sudah masuk 1 Syawal 1432 Hijriah. "Bagi yang saat ini masih
berpuasa dianjurkan untuk segera berbuka. Karena haram hukumnya berpuasa pada 1
Syawal," imbau Kamal.
Kegiatan
rukyat di Cakung, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Husainiah pimpinan KH
Muhammad Syafi’I ini sudah berlangsung selama 50 tahun. Rukyat di Cakung tidak
hanya dilakukan setahun sekali menjelang Lebaran saja, tapi dilakukan setiap
bulan untuk mencocokkan perhitungan hisab.
KH
Muhammad Syafi’i adalah ahli falaq yang mampu melakukan hisab rukyat dengan 11
cara. Pada rukyat Senin (29/8) kemarin, kesebelas cara itu digunakan.
"Sembilan cara hisab menyatakan hilal di atas ufuk, hanya 2 cara hisab
yang di bawah ufuk," kata Kiai Kamal.
[taz/rpb]
Selasa, 30 Aug 2011
Ribuan
Warga NU Jatim Shalat Idul Fitri Hari Selasa, Bareng Arab Saudi &
Muhammadiyah
NGANJUK
(VOA-ISLAM.COM) – Ribuan warga Nahdliyin Jawa Timur
tak sejalan dengan Pemerintah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Berdasarkan rukyat dan hisab KH Ilyas Jauhari, mereka memilih berlebaran hari
Selasa, berbarengan dengan Muhammadiyah dan Arab Saudi.
Meski
sidang itsbat yang diumumkan pemerintah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh
pada Rabu, 31 Agustus 2011. Tapi ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) di
Nganjuk, Jawa Timur, Selasa hari ini (30/8/2011) tetap melaksanakan shalat Idul
Fitri di beberapa lokasi.
Ribuan
warga Nahdlatul Ulama (NU) dari desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk
sejak pagi berduyun-duyun menuju Masjid As-Syafi’iyah di desanya untuk
mengikuti shalat Idul Fitri. Banyaknya warga yang hadir untuk shalat
menyebabkan masjid tak mampu menampung seluruh jamaah hingga meluber ke halaman
masjid dan sebagian terpaksa shalat di pelataran Candi Ngetos.
....Banyaknya jamaah shalat
menyebabkan masjid tak mampu menampung hingga meluber ke halaman masjid
dan sebagian terpaksa shalat di pelataran Candi Ngetos...
Bagi
warga Ngetos yang merupakan warga Nahdliyin, keputusan melaksanakan
lebaran ini memang tidak sejalan dengan keputusan PBNU.
Pasalnya, sebagai warga Nahdliyin tulen, warga juga
mengikuti yang diputuskan seorang ulama terkemuka KH Ilyas Jauhari yang
selama ini dikenal ahli di bidang ilmu hisab.
Menurut warga, selama ini pedoman hisab untuk menentukan
lebaran Idul Fitri sudah bertahun-tahun dan turun temurun. Bahkan perhitungan
KH Ilyas Jauhari sebagai ahli Ilmu Hisab tidak pernah meleset.
Selain
itu, berdasarkan rukyah yang dilakukan oleh KH Ilyas Jauhari kemarin menurut
warga bulan sudah tampak 2 derajat selama 13 detik sehingga hari raya
diputuskan hari ini.
Tapi warga berharap, warga Nahdlatul Ulama perbedaan tidak
dibesar-besarkan dan menjadi konflik.
Selain
di kecamatan Ngetos, ribuan warga Nahdliyin di kecamatan Berbek juga
melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri, berbarengan dengan warga Muhammadiyah
dan pemerintah Arab Saudi.
....berdasarkan rukyah yang
dilakukan oleh KH Ilyas Jauhari kemarin menurut warga bulan sudah tampak 2
derajat selama 13 detik...
Pimpinan
Pusat Muhammadiyah telah memastikan 1 Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul
Fitri 2011 jatuh pada 30 Agustus 2011, sesuai dengan surat edaran PP
Muhammadiyah Nomor 375/MLM/I.0/E/2011 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah 1432 Hijriah. Keputusan itu berdasarkan pada metode hisab
haqiqi wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah,
berpatokan pada ilmu hisap dan ilmu falaq sesuai Al-Quran dan hadits.
Arab
Saudi juga memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh
pada hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011, disiarkan televisi pemerintah Arab
Saudi Al-Ekhbariyah. Keputusan itu diambil karena pada Senin, (29/8/2011),
hilal di Arab Saudi telah terlihat.
Setelah
Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, banyak negara yang lain
yang mengikutinya. Negara tersebut di antaranya, Mesir, Uni Emirat Arab, dan
Qatar. [taz/okz, tin]
Hilal
Sudah Terlihat Senin Sore, Tapi Pemerintah Tetapkan 1 Syawal Hari Rabu
JEPARA
(voa-islam.com) – Tim rukyat Kementerian Agama (Kemenag)
di Pantai Kartini Jepara melihat hilal pada Senin sore, yang berarti Selasa
sudah masuk 1 Syawal. Namun Pemerintah dalam sidang itsbatnya memutuskan Idul
Fitri 1 Syawal jatuh pada hari Rabu.
Tim
Rukyat di Cakung, Jakarta Timur juga telah melihat hilal antara jam 17.57
sampai 18.02 WIB dengan tinggi hilal hakiki 04'03'26,06", dilihat oleh
tiga orang saksi: H Maulana Latif SPdI, Nabil Ss dan Rian Apriano. Ketiga saksi
tersebut diambil sumpahnya oleh KH Maulana Yusuf (Rois Syuriah PWNU DKI, didampingi
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, dan Pimpinan Pondok
Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun.
Selain
Tim Rukyat Kemenag Jepara, tim rukyat ormas yang menyatakan telah melihat hilal
Senin Sore, di antaranya: Tim Rukyat Jama'ah Anshorut Tauhid, Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), Jum'iyat An-Najat, dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Hasil
pantauan Tim Rukyat itu sesuai dengan pantauan Tim Rukyat di negara-negara
Arab. Arab Saudi memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh
pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, karena pada Senin, (29/8/2011), hilal sudah
terlihat.
Setelah Arab Saudi mengumumkan
jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, negara-negara yang lain pun mengikutinya, di
antaranya: Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Tim
pemantauan hilal di Pantai Kartini, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin
petang, memberikan kesaksian di bawah sumpah bahwa mereka bisa melihat hilal
secara kasat mata. Tim pemantauan terdiri dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), dan
Badan Hisab dan Rukyat dari Jepara, Kudus, dan Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI
Jepara, dan Muspida Jepara.
“Posisi
hilal diketahui oleh Saiful Mujab dengan mata telajang tanpa bantuan alat,
sedangkan peserta lain yang menggunakan alat tidak melihat hilal,” kata Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara Sholikin di Jepara, Senin
(29/8;2011).
Saiful
Mujab melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39 selama 5
detik.
Untuk
memastikan kesaksian Saiful yang merupakan tim rukyat dari akademisi dan juga
dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus itu, lanjut dia, berulang
kali ditanyakan kebenarannya melihat hilal, mengingat alat yang disiapkan
maupun dengan mata telanjang sejumlah peserta yang lain tidak melihat.
....Saiful Mujab, tim rukyat dari
akademisi dan juga dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39 selama 5 detik.
Selain
itu, lanjut dia, untuk memperkuat kesaksian melihat hilal dalam penentuan hari
raya minimal terdapat dua orang saksi.
Berdasarkan
keterangan saksi, katanya, hilal tersebut agak terputus-putus dan bisa dilihat
sekitar 5 detik dengan ketinggian hilal dari ufuk saat dilihat 1,5 derajat
dengan bentuk hilal agak putus-putus, meskipun kondisi cuaca pada ufuk terlihat
cerah.
“Kami
juga sempat meminta pertimbangan sejumlah pihak terkait kesaksian salah seorang
peserta tersebut. Akhirnya, kesaksian tersebut tetap dilaporkan dengan terlebih
dahulu mengambil sumpah yang mengungkapkan bisa melihat hilal dengan mata
telanjang,” ujarnya.
Apalagi,
lanjut dia, pemantauan serupa juga dilakukan di beberapa daerah di tanah air,
sehingga hasil tersebut tetap harus dilaporkan.
Peserta
yang hadir, yakni dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jepara,
Kudus, dan Pati, perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Badan Hisab dan
Rukyat dari Jepara, Kudus, dan Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI Jepara, dan
Muspida Jepara.
Laporan
adanya salah seorang peserta yang melihat hilal, katanya, disampaikan ke
Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Jateng.
Terkait
adanya penolakan laporan tersebut, kata dia, daerah hanya bertugas melakukan
pemantauan dan melaporkannya ke pusat, karena penetapan 1 Syawal dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.
Meski
hasil tim rukyat di Jepara telah dilaporkan ke Kemenag Pusat, namun pemerintah
melalui Kemenag menetapkan 1 Syawal 1432 H jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011.
Keputusan
diambil setelah Menteri Agama Suryadharma Ali yang memimpin sidang mendengarkan
12 pandangan ormas Islam yang hadir dalam sidang yang digelar di Kementerian
Agama, Jl Lapangan Banteng, Senin (29/8/2011).
"Bahwa
1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011. Bisa disetujui?" tanya
Suryadharma.
"Setuju,"
sambut mayoritas peserta sidang sembari bertepuk tangan. Suryadharma pun
mengetuk palu tanda disetujuinya keputusan.
Suryadharma
sebelumnya mempertimbangkan 4 intisari masukan 12 ormas yang telah disampaikan
kepadanya. Intisari itu antara lain: Pertama, meminta agar kriteria disatukan,
dan agar Kemenag lebih kuat lagi untuk memusyawarahkan kriteria penentuan
Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah.
Kedua, perbedaan penentuan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah masih
berpeluang terjadi. Namun sebaiknya pengumuman dilakukan pada saat yang sama.
Ketiga, kesimpulan lain yang menjurus untuk diambil keputusan.
Pemberi saran, laporan dari berbagai titik yang melakukan rukyah, dan
memperhatikan fatwa dan pandangan majelis ulama menyetujui secara mayoritas,
bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011.
Keempat, dari Muhammadiyah yang menghargai dan menghormati
pandangan Lebaran jatuh pada Rabu 31 Agustus. Namun, Muhammadiyah meminta izin
untuk melaksanakan Lebaran esok hari, Selasa 30 Agustus 2011 dengan catatan
saling menghormati perbedaan sehingga persatuan dan kesatuan umat dan bangsa
tetap utuh.
Dengan
demikian dari ormas-ormas yang hadir hanya Muhammadiyah yang menyatakan 1
Syawal jatuh pada Selasa 30 Agustus 2011. [taz/ant, dtk]
Malaysia
pun Lebaran Selasa 30 Agustus 2011, Berdasar Rukyat & Hisab
KUALA
LUMPUR (voa-islam.com) –
Berdasarkan rukyah dan hisab yang dipantau dari 30 lokasi di seluruh negara,
Kerajaan Malaysia menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 jatuh pada hari Selasa
tanggal 30 Agustus 2011.
Umat
Islam di Malaysia akan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada hari
Selasa (30/8/2011) setelah adanya ketetapan yang disampaikan oleh Kerajaan
Malaysia, Senin malam (29/8/2011).
Pihak
kerajaan Malaysia melalui Datuk Syed Danial Syed Ahmad menyampaikan pengumuman
mengenai ketetapan tersebut dan disampaikan secara langsung melalui Radio
Televisyen Malaysia (RTM).
Dengan
demikian, umat Islam di Malaysia akan melaksanakan Shalat Id dan berlebaran
pada hari Selasa (30/8/2011).
Penetapan
Idul Fitri tersebut berdasarkan rukyah dan hisab yang dipantau dari 30 lokasi
di seluruh negara.
Sementara
itu, Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak mengajak rakyatnya dalam Idul
Fitri ini dan sekaligus menyambut hari Kemerdekaan Malaysia dengan membawa
makna dan pengertian yang mendalam tentang betapa besarnya kurnia Ilahi.
“Pada
hakikatnya, Malaysia telah dan sedang dirahmati nikmat keamanan dan
kemakmuran,” katanya. [taz/ant]
Selisihi
Pemerintah Gontor Lebaran Hari Selasa, Bareng Negara-negara Arab
PONOROGO
(voa-islam.com) – Pesantren Modern Darussalam Gontor
Ponorogo Jawa Timur menyelisihi penetapan lebaran Pemerintah, karena lebih
memilih mengikuti rukyat dan hisab negara-negara Timur Tengah, Malaysia,
Singapura dan Brunei Darussalam.
Segenap
pimpinan dan pengurus serta santri Pesantren Modern Darussalam, Gontor,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merayakan Hari Raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal
1432 Hijriah mulai hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011.
Gontor
lebih memilih 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011, maju sehari dibanding
keputusan Pemerintah melalui sidang itsbat yang dipimpin Menteri Agama yang
menetapkan 1 Syawal jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011.
“Kami
di Gontor dan seluruh negara di Timur Tengah, Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam merayakan Idul Fitri hari ini,” jelas Pembantu Rektor Institut Studi
Islam Darussalam (ISID) Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Amal Fathullah, Selasa
(30/8/2011).
Amal
menambahkan, pemilihan 1 Syawal pada Selasa, 30 Agustus itu berdasarkan hisab
dan rukyah seperti yang dilakukan Muhammadiyah. “Kami merujuk hisab dan
rukyah,” tegasnya.
Kondisi
pondok dengan cabang terbanyak di Indonesia ini terlihat sepi karena sebagian
besar santri pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri di rumah masing-masing.
“Sejak
Ramadhan, seluruh santri kelas 1 sampai 4 memang libur, tinggal kelas 5 dan 6
yang mendapatkan pembekalan selama Ramadhan,” kata Staf Hubungan Masyarakat dan
Publikasi Pondok Modern Gontor, Taufik Affandi. [taz/tin]
1 SYAWAL 1432 H
Ternyata, Hanya Empat Negara yang Lebaran di Hari Rabu!
Selasa, 30 Agustus 2011 , 06:39:00 WIB
Ternyata, Hanya Empat Negara yang Lebaran di Hari Rabu!
Selasa, 30 Agustus 2011 , 06:39:00 WIB
Laporan: Teguh Santosa
ILUSTRASI/IST
|
|
RMOL. Penampakan hilal adalah hal yang sangat vital dalam
menentukan awal tiap-tiap bulan dalam kalender Hijriah. Wabil khusus untuk
menentukan tanggal 1 Syawal.
Menurut sejumlah lembaga internasional
yang memantau penampakan bulan pada Senin, 29 Agustus 2011 dengan menggunakan
berbagai perangkat teknologi yang reliable dan precise, keberadaan bulan sudah
terlihat di ufuk timur pada Senin sore dan petang.
Islamic Crescents' Observation Project,
misalnya, telah mengeluarkan peta dunia yang memperlihatkan kedudukan hilal
pada Senin malam. Menurut organisasi ini, di beberapa tempat yang sudah dapat
menyaksikan hilal, tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011.
Begitu juga dengan Moonsighting.Com
yang seperti ICO Project berusaha membantu umat Muslim di dunia mendekati
urusan intip-mengintip hilal dengan penerapan teknologi canggih.
Dalam laman Moonsighting.Com
disebutkan bahwa hanya ada empat negara yang merayakan Lebaran pada hari Rabu,
31 Agustus 2011. Keempat negara itu adalah Indonesia, Selandia Baru, Oman, dan
Afrika Selatan. Kesemuanya mengandalkan pada pengamatan hilal di level lokal.
Sementara itu, negara-negara lain
yang memiliki umat Islam dalam jumlah signifikan merayakan Lebaran di hari
Selasa. Kebanyakan dari kelompok negara-negara ini mengikuti keputusan Saudi
Arabia yang menggunakan teknologi canggih dalam memantau penampakan hilal
disamping menggunakan metode perhitungan atau hisab.
Selain itu ada tiga negara yang
menetapkan 1 Syawal dengan menggunakan hisab sebagai metode utama. Ketiganya
adalah Amerika Serikat, Libya dan Malaysia. [guh]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya........