Senin, 12 September 2011

Mengkritisi Penetapan 1 Syawal 1432 H

Penetapan Lebaran Pemerintah Tidak Sah dan Melecehkan Syariat Islam?
JAKARTA (voa-islam.com) – Keputusan Pemerintah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011, dinilai tidak sah dan batal demi hukum karena menganulir Tim Rukyat yang telah melihat hilal Senin 29 Agustus. Pemerintah dikecam telah melecehkan syariat Islam dan melakukan kebohongan publik terhadap hasil Tim Rukyat Cakung dan Jepara.
Hal itu diungkapkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), menanggapi keputusan pemerintah yang menetapkan 1 Syawal dengan menganulir hasil penglihatan hilal oleh Tim Rukyat Cakung Jakarta Timur.
“Keputusan sidang itsbat Kementerian Agama RI tanggal 29 Agustus 2011 batal demi Hukum,” jelas Ustadz Irfan Suryohadi Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah MMI dalam pesan singkatnya kepada voa-islam.com, Selasa (30/8/2011).
....Keputusan sidang itsbat Kementerian Agama RI tanggal 29 Agustus 2011 batal demi Hukum...
Menurut Irfan, keputusan sidang itsbat pemerintah itu tidak sah karena menolak kesaksian Tim Ru’yat di Cakung, Jakarta Timur yang memberikan keterangan di bawah sumpah bahwa pada hari Senin 29 Agustus 2011, mereka sudah melihat hilal. Tim rukyat yang dimaksud Irfan adalah para ustadz dari Front Pembela Islam (FPI), Tim Masjid Ramadhan dan Majelis Mujahidin Jakarta Timur.
Bila Senin sudah terlihat hilal, maka seharusnya Selasa sudah masuk Syawal dan umat Islam harus berlebaran pada hari itu. Dengan mengumumkan 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus, padahal hilal sudah terlihat hari Senin 29 Agustus, lanjut Irfan, maka berarti sidang itsbat Kementerian Agama telah melakukan kebohongan publik.
“Mereka telah melakukan kebohongan publik dengan tidak mengundang saksi-saksi yang melihat hilal,” kecam Irfan.
Ditinjau dari pandangan Islam, jelas Irfan, sikap Kemenag dalam sidang itsbat itu benar-benar melecehkan ajaran Rasulullah SAW yang mewajibkan mengikuti persaksian seorang saksi dalam menentukan 1 Syawal dan awal Ramadhan.
...Mereka telah melakukan kebohongan publik dengan tidak mengundang saksi-saksi yang melihat hilal...
“Mereka melecehkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan walaupun hanya satu orang saja yang berani disumpah sudah melihat hilal, maka itu sah,” jelasnya.
Sabda Nabi Muhammad yang dimaksud Irfan adalah hadits dari Abdullah bin Umar RA yang diriwayatkan Abu Dawud dalam kitab “Shaum” bab “Persaksian Satu Orang Dalam Menentukan Hilal Ramadhan” sebagai berikut: "Ketika orang-orang sibuk melihat-lihat kemunculan hilal, kukabarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa aku telah melihat hilal. Beliau pun berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa."
Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, dalam sidang itsbat 29 Agustus Pemerintah yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus dengan menganulir hasil penglihatan hilal yang dilakukan Tim Rukyat Cakung Jaktim dan Jepara Jateng.
Tim Rukyat di Cakung, Jakarta Timur telah melihat hilal antara jam 17.57 sampai 18.02 WIB dengan tinggi hilal hakiki 04'03'26,06", dilihat oleh tiga orang saksi: H Maulana Latif SPdI, Nabil Ss dan Rian Apriano. Ketiga saksi tersebut diambil sumpahnya oleh KH Maulana Kamal Yusuf (Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta), didampingi Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, dan Pimpinan Pondok Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun. Pengambilan sumpah dilakukan di Pondok Pesantren Al-Husainiah, Kampung Baru, Cakung, Jakarta Timur.
Tim Rukyat  di Cakung itu melakukan dengan tiga metode rukyat. Masing-masing, 4,35 derajat, 3 derajat, dan 2 derajat. Ketiga saksi dengan metode masing-masing mengaku melihat hilal.
Hasil rukyat di Cakung itu sempat dilaporkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Ahmad Jauhari, di depan Sidang Itsbat. Namun pemerintah menganulir persaksian itu, karena menganggap hilal tidak mungkin dirukyat karena posisinya di bawah ufuk.
Karena berpedoman pada hasil rukyat, maka KH Maulana Kamal Yusuf yang dikenal sebagai salah satu ulama besar Jakarta   ini menyerukan kepada umat Islam yang masih berpuasa hari Selasa 30 Agustus 2011, agar segera berbuka puasa. Karena puasa pada 1 Syawal hukumnya haram. “Bagi yang saat ini masih berpuasa dianjurkan untuk segera berbuka. Karena haram hukumnya berpuasa pada 1 Syawal," tegasnya.
Persaksian lain yang juga dianulir sidang itsbat adalah Tim Rukyat di Pantai Kartini, Kabupaten Jepara Jawa Tengah, yang memberikan kesaksian di bahwa sumpah bahwa mereka telah melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39 selama 5 detik. Anggota tim yang melihat hilal adalah Saiful Mujab, yang merupakan tim rukyat dari akademisi dan juga dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.
Persaksian tim yang terdiri dari Kemenag Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Badan Hisab dan Rukyat dari Jepara, Kudus, dan Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI Jepara, dan Muspida Jepara itu juga sudah disampaikan ke Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Jateng.
Namun persaksian di bawah sumpah itu tidak menghalangi pendirian Pemerintah untuk bersikukuh menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011. [taz] 
Rabu, 31 Aug 2011

Penetapan 1 Syawal Indonesia Ditertawakan Negara-negara Islam
VOA-ISLAM.COM – Keputusan sidang itsbat Pemerintah RI yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011, ditertawakan dunia karena nyeleneh dan menyelisihi keputusan negara-negara Arab yang berlebaran hari Selasa 30 Agustus 2011.
Hal itu diungkapkan oleh H. Djoko Susilo, Dutabesar RI untuk Switzerland dan Liechtenstein. Tanpa bermaksud mempersoalkan hasil sidang itsbat penetepan 1 Syawal 1432 H yang dilakukan Kemenag RI, Djoko mengatakan dirinya kesulitan menjawab pertanyaan dari para koleganya, dutabesar negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).
“Sekarang kita ditertawaakan dunia. Saya susah sekali menjawab pertanyaan teman-teman sejawat dubes negara-negara OKI. Kita kok nyeleneh sendiri (melaksanakan Idul Fitri pada hari Selasa),” ujar Djoko kepada RMOL, Selasa, (30/8/2011).
Berbeda dengan Indonesia, hampir semua negara di kawasan Eropa dan Timur Tengah menggelar shalat Idul Fitri pada hari Selasa. Umumnya mereka menggunakan metode hisab atau perhitungan yang diperkuat dengan metode rukyat atau pengamatan kemunculan hilal. Penggabungan kedua metode ini membuat perhitungan mengenai awal bulan Syawal menjadi lebih akurat.
Untuk memuaskan si penanya, Djoko mengatakan bahwa penentuan tanggal 1 Syawal itu untuk Indonesia. Adapun masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri diminta taat dan patuh pada keputusan Islamic Center setempat. Djoko khawatir banyak pihak di Indonesia yang terjebak pada pendekatan kuno di masa lalu. Sementara di Eropa, masyarakat umumnya percaya pada kemampuan teknologi. Toh, bukankah manusia sudah sampai ke bulan?
Mantan anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengingatkan bahwa Islam terkait erat dengan iman, ilmu dan amal. Islam adalah agama yang mengagungkan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari keyakinan akan ketauhidan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Jadi kalau sekarang sudah ada teknologi tinggi mestinya soal mengintip hilal ya pakai teknologi,” ujarnya lagi.
Di masa depan, Djoko berharap agar pemerintah melalui Kementerian Agama bersikap netral dalam penentuan 1 Syawal ini. Posisi pemerintah idealnya, menurut dia, adalah sebagai fasilitator yang tak perlu ikut campur tangan, apalagi memberikan stempel berupa keputusan.
“Sebaiknya hal seperti ini biar diurus MUI dan ormas Islam saja tanpa dicampuri birokrat. Ndak bagus kesannya,” pungkas Djoko.
Sebagaimana diberitakan voa-islam.com sebelumnya, terjadi perbedaan pendapat dalam penetapan 1 Syawal 1432 Hijriyah di tanah air, setelah Pemerintah dalam sidang itsbatnya menganulir hasil rukyat dan memutuskan Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada hari Rabu (31/8/2011).
Tim rukyat Kementerian Agama (Kemenag) di Pantai Kartini Jepara dan Cakung Jakrta Timur, dalam kesakaian di bawah sumpah, menyatakan sudah melihat hilal pada Senin sore (29/8/2011), yang berarti Selasa sudah masuk 1 Syawal.
Hasil pantauan Tim Rukyat itu sesuai dengan pantauan Tim Rukyat di negara-negara Arab. Arab Saudi memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, karena pada Senin, (29/8/2011), hilal sudah terlihat.
Setelah Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, negara-negara yang lain pun mengikutinya, di antaranya: Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam juga berlebaran Selasa.
Sebagian umat Islam di tanah air belebaran Selasa karena mengikuti hasil rukyat –baik rukyat lokal maupun global– dan hisab. Kaum Muslimin yang berlebaran hari Selasa ini berbarengan dengan Arab Saudi dan dunia Arab lainnya. Beberapa kalangan yang berlebaran Selasa antara lain: Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jama'ah Anshorut Tauhid (JAT), Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jum'iyat An-Najat, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Pesantren Gontor, dan sebagian warga Nahdlatul Ulama (NU) yang mengakui rukyat.
Sementara kalangan yang berlebaran Rabu 31 Agustus 2011 mengikuti keputusan pemerintah, antara lain Nahdlatul Ulama, PERSIS, Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan lain sebagainya. [ahana/rmo]
Selasa, 30 Aug 2011


Rois Suriah PWNU Jakarta: Lebaran Hari Selasa, Haram Puasa Hari ini!
JAKARTA (voa-islam.com) – Tak semua warga Nahdliyin mengikuti Pemerintah dalam penetapan 1 Syawal 1432 Hijriyah. Sebagian  warga NU Jakarta menyelisihi keputusan Pemerintah yang menganulir hasil penglihatan hilal oleh Tim Rukyat di Cakung.
Selain warga Kediri Jawa Timur, sebagian warga Nahdliyin Jakarta juga menolak keputusan sidang itsbat Kementerian Agama (Kemenag) yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2011.
Adalah KH Maulana Kamal Yusuf,  salah satu ulama besar Jakarta yang juga menjabat Rois Suriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta. Ulama yang akrab disapa Kiai Kamal ini menyerukan umat Islam, khususnya warga Nahdliyin yang masih berpuasa hari ini, Selasa 30 Agustus 2011 agar segera berbuka puasa. Hari ini, tegasnya, sudah masuk 1 Syawal 1432 H.
Berdasarkan pengamatan hilal oleh Tim Rukyat yang dipimpinnya, Kiai Kamal telah mengambil sumpah 3 orang saksi yang melihat hilal pada Senin sore (29/8/2011) kemarin di Pondok Pesantren Al-Husainiah, Kampung Baru, Cakung, Jakarta Timur.
"Ketiga saksi yang bersumpah melihat hilal tepat saat waktu Magrib. Posisinya miring ke selatan dalam keadaan vertikal, dengan durasi hilal 5 menit," papar Kiai Kamal, di Jakarta, Selasa (30/8).
Kiai Kamal menjelaskan, rukyat di Cakung dilakukan dengan tiga metode rukyat. Masing-masing, 4,35 derajat, 3 derajat, dan 2 derajat. Ketiga saksi dengan metode masing-masing mengaku melihat hilal.
Namun, Kiai Kamal menyesalkan petugas dari Pengadilan Agama Jakarta Timur yang berada di lokasi saat itu, enggan mengambil sumpah ketiga saksi yang telah melihat hilal. Bahkan, petugas tersebut meninggalkan lokasi rukyat sebelum pengambilan sumpah.
Karena tidak ada yang mengambil sumpah, maka Kiai Kamal diminta untuk mengambil sumpah ketiga saksi tersebut. Didampingi Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, dan Pimpinan Pondok Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun.
"Ketiga saksi bersumpah, demi Allah telah melihat hilal tepat saat waktu Magrib. Posisi hilal miring keselatan dalam keadaan vertikal. Dengan durasi hilal 5 menit," kata Kiai Kamal.
Hasil rukyat di Cakung itu sempat dilaporkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Ahmad Jauhari, di depan Sidang Itsbat. Namun, kata Kiai Kamal, pemerintah menganggap hilal tidak mungkin dirukyat karena posisinya di bawah ufuk. "Tapi kita yang merukyat, melihatnya di atas ufuk," sergahnya.
Menurut Kiai Kamal, telah terjadi perbedaan pendapat antara pemerintah dengan saksi yang melihat hilal. "Pemerintah berijtihad, kita juga berijtihad. Tapi, ijtihad pemerintah tidak bisa membatalkan ijtihad kita," tegas Kamal.
Karena itu, tim rukyat di Cakung, mengambil keputusan bahwa hari ini, Selasa 30 Agustus 2011, sudah masuk 1 Syawal 1432 Hijriah. "Bagi yang saat ini masih berpuasa dianjurkan untuk segera berbuka. Karena haram hukumnya berpuasa pada 1 Syawal," imbau Kamal.
Kegiatan rukyat di Cakung, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Husainiah pimpinan KH Muhammad Syafi’I ini sudah berlangsung selama 50 tahun. Rukyat di Cakung tidak hanya dilakukan setahun sekali menjelang Lebaran saja, tapi dilakukan setiap bulan untuk mencocokkan perhitungan hisab.
KH Muhammad Syafi’i adalah ahli falaq yang mampu melakukan hisab rukyat dengan 11 cara. Pada rukyat Senin (29/8) kemarin, kesebelas cara itu digunakan. "Sembilan cara hisab menyatakan hilal di atas ufuk, hanya 2 cara hisab yang di bawah ufuk," kata Kiai Kamal. [taz/rpb]
Selasa, 30 Aug 2011

Ribuan Warga NU Jatim Shalat Idul Fitri Hari Selasa, Bareng Arab Saudi & Muhammadiyah
NGANJUK (VOA-ISLAM.COM) – Ribuan warga Nahdliyin Jawa Timur tak sejalan dengan Pemerintah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Berdasarkan rukyat dan hisab KH Ilyas Jauhari, mereka memilih berlebaran hari Selasa, berbarengan dengan Muhammadiyah dan Arab Saudi.
Meski sidang itsbat yang diumumkan pemerintah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011. Tapi ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU)  di Nganjuk, Jawa Timur, Selasa hari ini (30/8/2011) tetap melaksanakan shalat Idul Fitri di beberapa lokasi.
Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) dari desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk sejak pagi berduyun-duyun menuju Masjid As-Syafi’iyah di desanya untuk mengikuti shalat  Idul Fitri. Banyaknya warga yang hadir untuk shalat menyebabkan masjid tak mampu menampung seluruh jamaah hingga meluber ke halaman masjid  dan sebagian terpaksa shalat di pelataran Candi Ngetos.
....Banyaknya jamaah shalat menyebabkan masjid tak mampu menampung hingga meluber ke halaman masjid  dan sebagian terpaksa shalat di pelataran Candi Ngetos...
Bagi warga Ngetos yang merupakan warga Nahdliyin,  keputusan melaksanakan lebaran  ini memang tidak sejalan dengan keputusan PBNU. 

Pasalnya, sebagai warga Nahdliyin tulen, warga  juga mengikuti yang diputuskan seorang ulama terkemuka  KH Ilyas Jauhari yang selama ini dikenal ahli di bidang ilmu hisab. 

Menurut warga, selama ini pedoman hisab untuk menentukan lebaran Idul Fitri sudah bertahun-tahun dan turun temurun. Bahkan perhitungan KH Ilyas Jauhari sebagai ahli Ilmu Hisab tidak pernah meleset.
Selain itu, berdasarkan rukyah yang dilakukan oleh KH Ilyas Jauhari kemarin menurut warga bulan sudah tampak 2 derajat selama 13 detik sehingga hari raya diputuskan  hari ini.

 Tapi warga berharap, warga Nahdlatul Ulama perbedaan  tidak dibesar-besarkan dan menjadi konflik.
Selain di kecamatan Ngetos, ribuan warga Nahdliyin di kecamatan Berbek  juga melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri, berbarengan dengan warga Muhammadiyah dan pemerintah Arab Saudi.
....berdasarkan rukyah yang dilakukan oleh KH Ilyas Jauhari kemarin menurut warga bulan sudah tampak 2 derajat selama 13 detik...
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memastikan 1 Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2011 jatuh pada 30 Agustus 2011, sesuai dengan surat edaran PP Muhammadiyah Nomor 375/MLM/I.0/E/2011 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1432 Hijriah. Keputusan itu berdasarkan pada metode hisab haqiqi wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, berpatokan pada ilmu hisap dan ilmu falaq sesuai Al-Quran dan hadits.
Arab Saudi juga memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011, disiarkan televisi pemerintah Arab Saudi Al-Ekhbariyah. Keputusan itu diambil karena pada Senin, (29/8/2011), hilal di Arab Saudi telah terlihat.
Setelah Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, banyak negara yang lain yang mengikutinya. Negara tersebut di antaranya, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar. [taz/okz, tin]
Hilal Sudah Terlihat Senin Sore, Tapi Pemerintah Tetapkan 1 Syawal Hari Rabu
JEPARA  (voa-islam.com) – Tim rukyat Kementerian Agama (Kemenag) di Pantai Kartini Jepara melihat hilal pada Senin sore, yang berarti Selasa sudah masuk 1 Syawal. Namun Pemerintah dalam sidang itsbatnya memutuskan Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada hari Rabu.
Tim Rukyat di Cakung, Jakarta Timur juga telah melihat hilal antara jam 17.57 sampai 18.02 WIB dengan tinggi hilal hakiki 04'03'26,06", dilihat oleh tiga orang saksi: H Maulana Latif SPdI, Nabil Ss dan Rian Apriano. Ketiga saksi tersebut diambil sumpahnya oleh KH Maulana Yusuf (Rois Syuriah PWNU DKI, didampingi Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, dan Pimpinan Pondok Pesantrean Al-Itqon, KH Mahfud Assirun.
Selain Tim Rukyat Kemenag Jepara, tim rukyat ormas yang menyatakan telah melihat hilal Senin Sore, di antaranya: Tim Rukyat Jama'ah Anshorut Tauhid, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jum'iyat An-Najat, dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Hasil pantauan Tim Rukyat itu sesuai dengan pantauan Tim Rukyat di negara-negara Arab. Arab Saudi memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, karena pada Senin, (29/8/2011), hilal sudah terlihat.
Setelah Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, negara-negara yang lain pun mengikutinya, di antaranya: Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Tim pemantauan hilal di Pantai Kartini, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin petang, memberikan kesaksian di bawah sumpah bahwa mereka bisa melihat hilal secara kasat mata. Tim pemantauan terdiri dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Badan Hisab dan Rukyat dari Jepara, Kudus, dan Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI Jepara, dan Muspida Jepara.
“Posisi hilal diketahui oleh Saiful Mujab dengan mata telajang tanpa bantuan alat, sedangkan peserta lain yang menggunakan alat tidak melihat hilal,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara Sholikin di Jepara, Senin (29/8;2011).
Saiful Mujab melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39 selama 5 detik.
Untuk memastikan kesaksian Saiful yang merupakan tim rukyat dari akademisi dan juga dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus itu, lanjut dia, berulang kali ditanyakan kebenarannya melihat hilal, mengingat alat yang disiapkan maupun dengan mata telanjang sejumlah peserta yang lain tidak melihat.
....Saiful Mujab, tim rukyat dari akademisi dan juga dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus melihat hilal berada di sebelah kiri matahari pada pukul 17.39 selama 5 detik.
Selain itu, lanjut dia, untuk memperkuat kesaksian melihat hilal dalam penentuan hari raya minimal terdapat dua orang saksi.
Berdasarkan keterangan saksi, katanya, hilal tersebut agak terputus-putus dan bisa dilihat sekitar 5 detik dengan ketinggian hilal dari ufuk saat dilihat 1,5 derajat dengan bentuk hilal agak putus-putus, meskipun kondisi cuaca pada ufuk terlihat cerah.
“Kami juga sempat meminta pertimbangan sejumlah pihak terkait kesaksian salah seorang peserta tersebut. Akhirnya, kesaksian tersebut tetap dilaporkan dengan terlebih dahulu mengambil sumpah yang mengungkapkan bisa melihat hilal dengan mata telanjang,” ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, pemantauan serupa juga dilakukan di beberapa daerah di tanah air, sehingga hasil tersebut tetap harus dilaporkan.
Peserta yang hadir, yakni dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Badan Hisab dan Rukyat dari Jepara, Kudus, dan Pati, sejumlah tokoh Islam, MUI Jepara, dan Muspida Jepara.
Laporan adanya salah seorang peserta yang melihat hilal, katanya, disampaikan ke Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Jateng.
Terkait adanya penolakan laporan tersebut, kata dia, daerah hanya bertugas melakukan pemantauan dan melaporkannya ke pusat, karena penetapan 1 Syawal dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Meski hasil tim rukyat di Jepara telah dilaporkan ke Kemenag Pusat, namun pemerintah melalui Kemenag menetapkan 1 Syawal 1432 H jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011.
Keputusan diambil setelah Menteri Agama Suryadharma Ali yang memimpin sidang mendengarkan 12 pandangan ormas Islam yang hadir dalam sidang yang digelar di Kementerian Agama, Jl Lapangan Banteng, Senin (29/8/2011).
"Bahwa 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011. Bisa disetujui?" tanya Suryadharma.
"Setuju," sambut mayoritas peserta sidang sembari bertepuk tangan. Suryadharma pun mengetuk palu tanda disetujuinya keputusan.
Suryadharma sebelumnya mempertimbangkan 4 intisari masukan 12 ormas yang telah disampaikan kepadanya. Intisari itu antara lain: Pertama, meminta agar kriteria disatukan, dan agar Kemenag lebih kuat lagi untuk memusyawarahkan kriteria penentuan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah.
Kedua, perbedaan penentuan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah masih berpeluang terjadi. Namun sebaiknya pengumuman dilakukan pada saat yang sama.
Ketiga, kesimpulan lain yang menjurus untuk diambil keputusan. Pemberi saran, laporan dari berbagai titik yang melakukan rukyah, dan memperhatikan fatwa dan pandangan majelis ulama menyetujui secara mayoritas, bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011.
Keempat, dari Muhammadiyah yang menghargai dan menghormati pandangan Lebaran jatuh pada Rabu 31 Agustus. Namun, Muhammadiyah meminta izin untuk melaksanakan Lebaran esok hari, Selasa 30 Agustus 2011 dengan catatan saling menghormati perbedaan sehingga persatuan dan kesatuan umat dan bangsa tetap utuh.
Dengan demikian dari ormas-ormas yang hadir hanya Muhammadiyah yang menyatakan 1 Syawal jatuh pada Selasa 30 Agustus 2011. [taz/ant, dtk]
Malaysia pun Lebaran Selasa 30 Agustus 2011, Berdasar Rukyat & Hisab
KUALA LUMPUR (voa-islam.com) – Berdasarkan rukyah dan hisab yang dipantau dari 30 lokasi di seluruh negara, Kerajaan Malaysia menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 jatuh pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011.
Umat Islam di Malaysia akan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada hari Selasa (30/8/2011) setelah adanya ketetapan yang disampaikan oleh Kerajaan Malaysia, Senin malam (29/8/2011).
Pihak kerajaan Malaysia melalui Datuk Syed Danial Syed Ahmad menyampaikan pengumuman mengenai ketetapan tersebut dan disampaikan secara langsung melalui Radio Televisyen Malaysia (RTM).
Dengan demikian, umat Islam di Malaysia akan melaksanakan Shalat Id dan berlebaran pada hari Selasa (30/8/2011).
Penetapan Idul Fitri tersebut berdasarkan rukyah dan hisab yang dipantau dari 30 lokasi di seluruh negara.
Sementara itu, Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak mengajak rakyatnya dalam Idul Fitri ini dan sekaligus menyambut hari Kemerdekaan Malaysia dengan membawa makna dan pengertian yang mendalam tentang betapa besarnya kurnia Ilahi.
“Pada hakikatnya, Malaysia telah dan sedang dirahmati nikmat keamanan dan kemakmuran,” katanya. [taz/ant]
Selisihi Pemerintah Gontor Lebaran Hari Selasa, Bareng Negara-negara Arab
PONOROGO (voa-islam.com) – Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur menyelisihi penetapan lebaran Pemerintah, karena lebih memilih mengikuti rukyat dan hisab negara-negara Timur Tengah, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Segenap pimpinan dan pengurus serta santri Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merayakan Hari Raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal 1432 Hijriah mulai hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011.
Gontor lebih memilih 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011, maju sehari dibanding keputusan Pemerintah melalui sidang itsbat yang dipimpin Menteri Agama yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011.
“Kami di Gontor dan seluruh negara di Timur Tengah, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam merayakan Idul Fitri hari ini,” jelas Pembantu Rektor Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Amal Fathullah, Selasa (30/8/2011).
Amal menambahkan, pemilihan 1 Syawal pada Selasa, 30 Agustus itu berdasarkan hisab dan rukyah seperti yang dilakukan Muhammadiyah. “Kami merujuk hisab dan rukyah,” tegasnya.
Kondisi pondok dengan cabang terbanyak di Indonesia ini terlihat sepi karena sebagian besar santri pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri di rumah masing-masing.
“Sejak Ramadhan, seluruh santri kelas 1 sampai 4 memang libur, tinggal kelas 5 dan 6 yang mendapatkan pembekalan selama Ramadhan,” kata Staf Hubungan Masyarakat dan Publikasi Pondok Modern Gontor, Taufik Affandi. [taz/tin]


1 SYAWAL 1432 H
Ternyata, Hanya Empat Negara yang Lebaran di Hari Rabu!
Selasa, 30 Agustus 2011 , 06:39:00 WIB
Laporan: Teguh Santosa

Description: http://www.rakyatmerdekaonline.com/images/berita/normal/113828_04422130082011_Screen_shot_2011-08-28_at_5.04.10_AM.png
ILUSTRASI/IST
  

RMOL. Penampakan hilal adalah hal yang sangat vital dalam menentukan awal tiap-tiap bulan dalam kalender Hijriah. Wabil khusus untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Menurut sejumlah lembaga internasional yang memantau penampakan bulan pada Senin, 29 Agustus 2011 dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi yang reliable dan precise, keberadaan bulan sudah terlihat di ufuk timur pada Senin sore dan petang.
Islamic Crescents' Observation Project, misalnya, telah mengeluarkan peta dunia yang memperlihatkan kedudukan hilal pada Senin malam. Menurut organisasi ini, di beberapa tempat yang sudah dapat menyaksikan hilal, tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011.
Begitu juga dengan Moonsighting.Com yang seperti ICO Project berusaha membantu umat Muslim di dunia mendekati urusan intip-mengintip hilal dengan penerapan teknologi canggih.
Dalam laman Moonsighting.Com disebutkan bahwa hanya ada empat negara yang merayakan Lebaran pada hari Rabu, 31 Agustus 2011. Keempat negara itu adalah Indonesia, Selandia Baru, Oman, dan Afrika Selatan. Kesemuanya mengandalkan pada pengamatan hilal di level lokal.
Sementara itu, negara-negara lain yang memiliki umat Islam dalam jumlah signifikan merayakan Lebaran di hari Selasa. Kebanyakan dari kelompok negara-negara ini mengikuti keputusan Saudi Arabia yang menggunakan teknologi canggih dalam memantau penampakan hilal disamping menggunakan metode perhitungan atau hisab.
Selain itu ada tiga negara yang menetapkan 1 Syawal dengan menggunakan hisab sebagai metode utama. Ketiganya adalah Amerika Serikat, Libya dan Malaysia. [guh]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya........

Pengunjung